Tersenyumlah – AaGym
Semoga
Allah Subhanahu wa ta’ala. Yang Maha Mendengar setiap bisikan yang ada di dalam hati
kita, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa
antusias menjaga kebersihan hati. Shalawat dan salam semoga selalu
terlimpah kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam.
Tersenyum adalah hal sederhana,
malah sering dipandang sebagai hal yang remeh. Namun, jika tersenyum
dilakukan dengan ikhlas dan dengan cara yang benar, ia bisa bernilai
ibadah. Subhanallah, betapa lengkapnya Islam ini, hingga hal-hal kecil pun mendapat perhatian luar biasa.
Senyum
adalah perbuatan ringan yang berdampak besar. Senyuman yang tulus bisa
mencairkan suasana di antara dua orang yang sedang bermusuhan. Senyuman
yang tulus pun bisa menularkan kebahagiaan pada orang-orang di sekitar
kita. Senyuman yang tulus bisa mengeratkan persaudaraan.
Rasulullah
Shalallahu’alaihi wassalam. adalah orang yang paling banyak tersenyum dan paling baik
senyumannya. Abdullah bin Al Harits bin Jaz’i pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Tirmidzi)
Bertemu
dan bertegur sapa dengan orang lain sambil tersenyum jauh akan lebih
menentramkan daripada sambil cemberut. Bermuka masam selain menimbulkan
rasa tidak enak bagi orang yang sedang kita hadapi, juga merupakan
perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Bahkan, Allah Subhanahu wa ta’ala.
pernah mengingatkan Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. agar tidak bermuka masam kepada
salah seorang sahabatnya yaitu Abdullah Ibn Ummi Maktum yang buta.
Singkat kisah, Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa ketika itu Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam.
sedang berdialog dengan para pemuka kaum Quraisy. Lalu, datanglah
Abdullah ibn Ummi Maktum yang meminta kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. untuk
diajarkan ayat-ayat Al Quran.
Masih menurut keterangan Ibnu
‘Abbas, mungkin karena merasa terganggu dengan kedatangan Abdullah,
Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. tidak sempat menghiraukan permintaan Abdullah itu.
Nampak, wajah Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. agak masam dan melanjutkan dialognya
dengan para pemuka Quraisy itu.
Kemudian, Allah Subhanahu wa ta’ala. secara halus mengingatkan Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. dengan firman-Nya, “Dia
bermuka masam dan berpaling. Karena datang kepadanya orang buta itu.
Padahal adakah yang memberitahumu boleh jadi dia akan jadi orang yang
suci.” (QS. ‘Abasa [80] : 1-3).
Setelah ayat ini turun,
barulah Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. tersadar akan kekhilafannya. Sejak peristiwa
itu, Abdullah bin Ummi Maktum menjadi orang yang sangat disayangi oleh
Rasullah Shalallahu’alaihi wassalam. Setiap kali beliau berhadapan dengan Abdullah ibn Ummi
Maktum, beliau selalu menghadapinya dengan wajah yang berseri penuh
senyuman. Ya, Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. tersenyum tulus meski di hadapan
sahabatnya yang buta. Subhanallah!
Saudaraku, ketika kita
terjebak kemacetan, kemudian ada pengendara lain yang nampaknya
menyerobot jalan atau menghalangi jalan kita, tentu kita merasa kesal.
Tidak heran kalau ada yang melontarkan umpatan atau makian hingga
kata-kata kasar. Tidak jarang juga yang berujung pertengkaran.
Padahal,
jika mau sedikit saja menahan diri, melontarkan teguran secara hangat
sembari memberikan senyuman, niscaya itu lebih produktif. Untuk diri
kita sendiri hal itu bisa menurunkan ketegangan. Untuk orang lain hal
itu bisa menentramkan suasana. Dua situasi yang sangat berbeda
disebabkan satu hal yang sederhana. Maka, tebarkanlah senyuman.
Akan
tetapi, hati-hati juga dengan senyuman. Jangan pula mengumbar senyuman
kepada orang yang tidak tepat. Misalnya mengumbar senyuman kepada lawan
jenis yang bukan mahram. Selain bisa menimbulkan fitnah, hal ini bisa
menjadi pintu bagi kotornya hati kita. Selain itu, tahan pula diri kita
dari tersenyum sinis. Karena senyuman sinis hanya akan menyinggung hati
orang lain dan menimbulkan permusuhan.
Tersenyumlah secara tulus,
proporsional dan dengan cara yang benar. Jangan tersenyum dengan
dibuat-buat hanya demi menyenangkan hati atasan, atau demi memikat calon
konsumen agar membeli dagangan kita. Tersenyumlah hanya karena
mengharap ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Tersenyumlah dengan niat ibadah. Senyum yang
tulus karena Allah akan bernilai ibadah karena termasuk sedekah.
Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam. bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Semoga
Allah Subhanahu wa ta’ala. mengkaruniakan kebersihan hati kepada kita agar senantiasa
semangat menebarkan keceriaan dan senyuman. Sehingga tali persaudaraan
di antara kita semakin erat. Aamiin ya Allah ya Rabbal ‘aalamiin.[]
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari
0 komentar:
Posting Komentar